Muhammad Ali, yang lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr. pada 17 Januari 1942, adalah salah satu petinju terbesar sepanjang masa. Dikenal karena bakat luar biasa, kepribadiannya yang karismatik, dan kontribusinya yang lebih besar daripada sekadar olahraga, Ali menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan inspirasi bagi jutaan orang di seluruh dunia. Ali bukan hanya seorang atlet, tetapi juga seorang ikon budaya yang mengguncang dunia tinju dan masyarakat pada masanya.
Karier tinjunya dimulai pada usia muda ketika Ali memenangkan medali emas di Olimpiade Roma 1960. Setelah itu, ia mengubah dunia tinju dengan gaya bertarungnya yang unik, yang memadukan kecepatan luar biasa, kelincahan, dan kemampuan mental yang tajam. Pada usia 22 tahun, Ali berhasil merebut gelar juara dunia tinju kelas berat setelah mengalahkan Sonny Liston dalam pertarungan mengejutkan pada 1964. Setelah kemenangan tersebut, ia mengumumkan bahwa ia telah memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Muhammad Ali.
Ali dikenal dengan teknik bertarung yang berbeda dari petinju pada umumnya. Slogannya yang terkenal, “Float like a butterfly, sting like a bee,” menggambarkan gaya bertarungnya yang lincah dan penuh kecepatan, sementara kekuatan pukulannya yang mematikan membuatnya menjadi lawan yang tak terbendung di atas ring. Sepanjang kariernya, ia memenangkan banyak pertarungan legendaris melawan lawan-lawan berat seperti Joe Frazier, George Foreman, dan Ken Norton. Salah satu pertarungan paling terkenal adalah “Rumble in the Jungle” di Zaire, di mana Ali mengalahkan George Foreman dengan strategi “rope-a-dope” yang brilian, dan “Thriller in Manila,” yang menjadi pertarungan epik antara Ali dan Joe Frazier.
Namun, kontribusi Ali tidak hanya terbatas pada dunia tinju. Ia juga menjadi tokoh penting dalam perjuangan sosial dan politik. Ali menentang keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam dan menolak untuk direkrut oleh militer, dengan alasan keyakinan agamanya dan ketidaksetujuan terhadap perang tersebut. Keputusannya untuk menolak wajib militer menyebabkan ia dijatuhi hukuman penjara dan dicabut lisensi tinjunya, tetapi Ali tetap teguh pada pendiriannya dan akhirnya dibebaskan setelah dua tahun. Sikapnya yang berani dalam menghadapi ketidakadilan sosial dan rasial menjadikannya seorang simbol perjuangan hak-hak sipil di Amerika Serikat.
Di luar ring tinju, Ali juga aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti mendirikan yayasan yang membantu anak-anak kurang mampu dan berjuang melawan penyakit Parkinson yang dideritanya setelah pensiun dari tinju pada 1981. Ali tetap menjadi contoh keteguhan, keberanian, dan semangat juang yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia, bahkan setelah pensiun.
Muhammad Ali meninggal pada 3 Juni 2016, meninggalkan warisan yang tak ternilai dalam dunia olahraga, perjuangan sosial, dan budaya pop. Sebagai petinju, ia tak tertandingi; sebagai pribadi, ia adalah simbol keteguhan dan keadilan. Keberanian dan dedikasinya kepada prinsip-prinsip yang diyakininya memastikan bahwa nama Muhammad Ali akan dikenang selamanya.